Senin, 05 Mei 2014

Di Kafe Malam Itu

“Berapa kalah hari ini?”
“Sialan, Lavante …. Malaga dan Chelsea …..”
“Bisa lu bayangin ngak?”

Di kafe itu saya dengar percakapan tentang judi bola. Duduk di sebelah saya dua orang yang sedang kalah taruhan. Koran bola berserakan di sofa, asap rokok terus berhembus dari lubang hidung dan mulut mereka. Di depan saya dua orang lagi duduk sambil wifi dengan hanya memesan minum dua gelas.
Dan saya duduk di pojok paling belakang dengan secangkir cappuccino dan roti bakar.
Televisi menyiarkan pertandingan bola timnas U-19 melawan Myanmar.
Lagu yang saya lupa judulnya berkumandang dalam ruangan.
Wajah-wajah berbeda masuk dan pergi di ruangan ini. Sementara saya masih duduk laptop dan hape  yang terus penuh harap akan masuk pesan penting. Tapi aku tunggu dan terus ku tunggu sampai jam akan menunjukan pukul 22.00 WIB hanya pesan kosong yang tampil.
“Sh*t, cappuccino nya kebanyakan air, hambar.”
Ada pesan masuk, broadcast.
Pesan rohani lagi, mungkin bagi mereka saya termasuk kategori orang-orang yang perlu siraman rohani lebih. Tiga kali seminggu anggapan mereka kurang bagi saya.
Tiap hari saya mesti menerima hampir lima kali pesan rohani yang selalu saya ‘end chat’. Ada yang dikirim secara private message hingga broadcast, bahkan dua-duanya saya terima dari orang yang sama dan pesan yang sama.
Moral itu sangat mudah untuk diarahkan, “yaa mesti ke sini dan ke sana yaaa”. Harus mengikuti aturan agama dan tidak melanggar etika lingkungan baru disebut bermoral baik. Dan lewat pesan singkat dari ponsel pintar. Dan saya orang yang moralnya lagi kurang baik saat ini, sehingga mereka mengirimkan pesan rohani dan pesan moral itu lima kali dalam sehari.
Ini membosankan, pesan-pesan itu terasa kosong sekali. Entah bagaimana saya mesti bilang kepada mereka kalau pesan-pesan yang mereka kirimkan itu omong kosong bagi saya. Saya tak membutuhkan pesan-pesan kosong seperti itu lagi.

Botol-botol minuman diam ditempatnya dalam kulkas kaca .
Tapi masih saja dikelompokan menurut warna dan rasanya. Lihat, dalam hal minuman saja manusia itu diskriminasi dalam menaruhnya di kulkas.



Tidak ada komentar:

Ketika Minum Kopi Pagi Hari

Akhirnya kamu meminum kopi terakhir di hari itu Kopi hitam tanpa gula dengan pisang goreng yang manis Duduk sendiri disudut kedai itu mengha...