Jumat, 13 September 2013

SEBUAH IMAJINASI



Sudah dua malam ini saya bermimpi tentang hal yang sama.  Dimana ada seseorang yang kelihatannya kemunculan dalam mimpi selama dua malam ini. Tentu saja saya mengenal orang tersebut, dan masih teringat dengan jelas mimpi tersebut. Mungkin saya beberapa hari ini memikirkan dan berimajinasi dengan orang tersebut hingga terbawa dalam mimpi. 

Jika mengingat sebuah imajinasi, ada beberapa hal yang menarik bagi saya, dimana ada seorang teman saya menganjurkan saya untuk lebih sering membaca komik daripada membaca koran atau buku yang berisi tulisan. Mungkin supaya imajinasi saya jalan. Saya sendiri kurang tahu apa faedahnya bagi saya. Akrena menurut saya beberapa hal yang saya lakukan adalah hal sia-sia, mulai dari membaca komik (sia-sia menurut saya), membaca koran, majalah, buku bahkan berita dan tulisan yang saya dapatkan di internet.

Berbicara tentang imajinasi, mungkin si Dul juga berimajinasi menjadi pembalap saat mengendarai mobil Lancer yang ia gunakan ketika terjadinya tabrakkan tersebut. Atau ketika Vicky berimajinasi menjadi seorang intelektual ketika berbicara bahasa aneh tersebut.

Semua mungkin hal-hal kecil yang terjadi adalah dimulai dari berimajinasi. Dari berimajinasi kita bisa mendapatkan hal yang kelihatannya mustahil untuk kita dapatkan. Mis: saya berimajinasi untuk pergi ke Jepang atau negara lainnya atau hal yang bersifat ide dan pemikiran.


*  * * * *
“Imajinasi lebih penting dari Pengetahuan. Karena pengetahuan itu terbatas, sedangkan imajinasi merangkul seluruh dunia, mendorong perubahan, dan melahirkan kemajuan manusia.” Einstein

"(Bangsa) Jang tidak mempunjai "imagination", tidak mempunjai konsepsi-konsepsi besar! Tidak mempunjai keberanian - Padahal jang kita lihat di negara-negara lain itu, Saudara-saudara, bangsa bangsa jang mempunjai "imagination", mempunjai fantasi fantasi besar: mempunjai keberanian ; mempunjai kesediaan menghadapi risiko ; mempunjai dinamika.” Bung Karno

Jika sedemikian halnya imajinasi begitu penting dalam hidup sehingga terus akan mempengaruhi otak seseorang. 

Tapi sedikit orang yang bisa mewujudkan imajinasi tersebut.

Selasa, 10 September 2013

PENILAIAN SAYA

PENILAIAN “SAYA”

Saat sedang membuat tulisan ini, saya sedang mendengarkan alunan musik dari sebuah café, lagu yang sangat luar biasa. Saya tidak mengetahui lagu ini siapa menyanyikannya dan dari mana asal lagu ini. dan saya juga tidak mengetahui akan membawa kemana tulisan saya ini akhirnya, mungkin juga dengan hidup, kita tak akan pernah tahu Tuhan akan membawa kita kemana akhirnya dalam menjalani hidup ini.
Beberapa waktu ini saya membaca buku yang sedikit rohani, buku yang mengulas tentang jaman postmodern dan ancaman-ancaman yang akan terjadi kedepannya. Buku yang baik. Tapi saya sedikit menerka-nerka tentang keadaan jaman kedepannya dikemudian hari, mungkin dunia akan semakin baik menurut ukuran manusia, tetapi tidak untuk Tuhan.
Saya bukan pakar agama atau rohaniawan yang bisa memberikan ceramah atau doktrin-doktrin yang sesuai dengan kitab suci. Tidak. Saya bukan itu.
Sebagai apakah saya, itu terserah Anda menilai saya. tapi sejujurnya saya kurang menyukai penilaian yang Anda berikan kepada saya.
Tentang sebuah penilaian, saya terinngat kepada beberapa kisah yang cukup membuat saya kagum. Yaitu tentang sebuah cerpen dari seorang yang bernama Djenar Maesya Ayu. Terus terang saya suka cerpennya, saya tidak memandang negatif tentang isi cerpennya, karena saya tahu  cerpen dari Djenar Maesya Ayu  adalah salah satu cerpen terbaik di Indonesia.
Cerpen berjudul “Saya Di Mata Sebagian Orang” akan menjadi tema dalam tulisan saya ini.
Mungkin kita pernah mengalami penilaian dari orang sekitar kita. Tentu itu adalah negative dan positif penilaian tersebut. Tapi saya ingin bercerita disini tentang cerpen tersebut, karena cerpen tersebut memiliki penilaian yang berbeda.
“Sebagian orang menganggap saya munafik. Sebagian lagi menganggap saya pembual.  Sebagian lagi menganggap saya sok gagah. Sebagian lagi menganggap saya sakit jiwa. Sebagian lagi menganggap saya murahan.” Ini berbicara tentang “SAYA” dalam cerpen tersebut, ia memandang orang lain sering memandangnya secara negatif. “SAYA” adalah orang yang terhakimi dalam lingkungan “SAYA”.
Kemudian “SAYA” bercerita selanjutnya: “Padahal saya tidak pernah merasa munafik. Tidak pernah merasa membual. Tidak pernah merasa sok gagah. Tidak pernah merasa sakit jiwa. Tidak pernah merasa murahan.”
Dan “SAYA” adalah orang yang berusaha menjelaskan posisi saya dimata sebagian orang kalau saya tidak seperti mereka pikirkan. Saya adalah seperti yang saya pikirkan, bukan yang mereka pikirkan. “SAYA” adalah orang yang membela diri terhadap lingkungan saya.
Dan kita mengalami apa yang “SAYA” alami. Begitu juga dengan saya mengalami apa yang dialami oleh “SAYA” tersebut. Mungkin tidak sekeras itu. Tapi saya mengalaminya. Juga dengan Anda, bukankah begitu.
“SAYA” adalah orang yang punya banyak teman disini. Dimana? Ya disini, didunia saya yang mungkin orang lain menilai “SAYA” seperti yang diatas tadi. “SAYA” adalah orang yang tidak mempunyai kemampuan untuk mencintai (atau memang “SAYA”  tidak mau mempunyai kemampuan untuk mencintai), tapi bukan berarti “SAYA” tidak mempunyai teman. “SAY” punya banyak teman. Dan teman “SAYA” diceritakan adalah teman-teman yang baik. Seperti menyiapkan air hangat untuk mandi, menjemput setelah pulang kantor, menemani nonton, menemani dubbing dan mereka teman-teman yang baik.
Yang selalu menyediakan bantuan dalam hal finance maupun hal-hal lain. “SAYA” butuh mobil tinggal dipesan, atau mau ganti mobil tinggal bilang pada teman saya. juga untuk pergi ke pesta “SAYA” butuh gaun dan perhiasan tinggal diutarakan, maka itu semua bisa sediakan oleh teman saya yang lain. Tapi “SAYA” tidak pernah memaksa. Ingat, “SAYA” tidak pernah memaksa.
Tapi “SAYA” juga mengeluarkan tenaga dan waktunya untuk teman-temannya, seperti makan malam, bercanda, sentuhan, ciuman panas diatas ranjang hingga berlanjut ke acara selanjutnya, “SAYA” sering melakukannya diberbagai tempat. “SAY” sebenarnya sering merasa terganggu, tapi untuk teman-teman tidak apa-apa. “SAYA” akan berkorban sedikit karena teman-temannya juga berkorban banyak.
Lihat, kurang baik apa “SAYA” terhadap teman-teman saya. “Semua yang saya lakukan dianggap tidak benar. Sebagian menganggap saya munafik. Sebagian lagi menganggap saya pembual. Sebagian lagi menganggap saya sok gagah. Sebagian lagi menganggap saya sakit jiwa. Dan sebagian lagi menganggap saya murahan.” Tulisnya.
Teman-teman “SAYA” sering merasa terganggu terhadap perhiasaan yang baru saya kenakan berikut tas baru pemberian teman “SAYA”. oleh teman lainnya lagi “SAYA” dijadikan bahan olok-olok baik di sms maupun di e-mail.
Syahdan, sejak “SAYA” dinyatakan terkena HIV, banyak teman-teman “SAYA” yang dulunya baik sekarang mulai menjauhi “SAYA”. “SAYA” dianggap sebagai anjing kustaa. Dan itulah “SAYA”, masih saja tetap dianggap munafik, pembual, sok gagah, sakit jiwa dan murahan oleh sebagian orang,
*Ini bukan saya. Tapi “SAYA” yang berasal ditempat berbeda yang mungkin saja ada (tapi saya  yakini ada).

Senin, 02 September 2013

HILANGNYA NAMA???

Bulan September telah dimulai.
Untuk bulan Agustus sendiri penulis jarang menulis dikarenakan kesibukkan. Tentu bukan karena malas atau hal-hal lainnya, cuma karena sibuk saja.

Ada beberapa hal yang cukup mengelitik saya beberapa hari ini, yaitu tentang hilangnya 15 nama anggota dewan kita yang (tidak) terhormat dari laporan BPK audit BPK. Saya teringat iklan tentang produk rokok yang lucu, dimana ada beberapa orang yang meminta pulang kerumah pada JIN yang keluar dari botol yang mereka temui di pinggir pantai, dan JLEB satu-persatu dari mereka hilang.

Mungkin kisah JIN tersebut bisa kita pakai dalam penghilangan 15 nama anggota DPR yang tiba tiba hilang dari audit BPK. Mungkin ada kekuatan yang lebih kuat dalam penghilangan nama tersebut.

Kemudian pimpinan DPR menggaku tidak tahu menahu tentang hilangnya nama anggota DPR tersebut dan membantah melakukan intervensi dan penggunaan kekuasaan untuk menekan BPK. Sementara BPK menolak tudingan dari para aktivis tentang penghilangan nama anggota DPR tersebut.

Jadi kemana hilangnya nama 15 anggota DPR yang (tidak) terhormat tersebut?

Mungkin ada JIN yang menghilangkan nama mereka dari daftar audit BPK tersebut.

Jam Tangan

Aku ingin memberikan hadiah padamu Jam tangan Yang menunjukan waktu untuk kamu lalui Menghitung detik demi detik dengan sabar Mungkin aku ad...