Senin, 26 Desember 2016

Semangat Marhaenisme


        Ketika saya membaca buku Penyambung Lidah Rakyat sebuah otobiografi dari Ir. Sukarno  ditulis oleh Cindy Adams ada hal yang menarik yang memang terlupakan oleh bangsa ini yaitu Marhaenisme.
        Pada awal pembacaannya mungkin kita akan menemukan sebuah cerita, tapi sebenarnya ada semangat Bung Karno yang dituangkan dalam buku ini. Kita memang tidak berjumpa langsung dengan Bung Karno, tapi dengan membaca buku ini kita dapat mengetahui semangat dan pengertian yang dalam mengenai Bung Karno. Berikut kutipan dari buku tersebut pada bagian ke enam halaman 73 :
Pada suatu pagi yang cerah aku bangun dengan keinginan untuk tidak pergi kuliah—suatu hal yang sering kulakukan. Aku terlalu sibuk dengan kegiatan politik sehingga kurang tertarik untuk pergi kuliah.
Berkeliling mengayuh sepeda tanpa tujuan—sambil berpikir—tiba-tiba kusadari aku telah sampai di bagian selatan kota Bandung, suatu daerah pertanian yang padat di mana para petani bekerja di sawahnya yang sempit, dengan luas kurang dari sepertiga hektar. Perhatianku tertuju pada seorang petani sedang mencangkul di tanah miliknya. Dia seorang diri. Pakaiannya lusuh. Gambaran yang khas ini membuatku ingin menjadikannya sebagai perlambang dari rakyatku. Aku berdiri diam di sana dan diam-diam memperhatikannya. Kami adalah bangsa yang ramah, maka aku mendekatinya. Tanyaku dalam bahasa Sunda, “Siapa pemilik tanah yang kau garap ini?”
Dia menjawab “Saya, juragan.”
Kataku, “Apakah engkau memiliki tanah ini bersama-sama dengan orang lain?”
“O, tidak, ‘gan. Saya memilikinya sendiri.”
“Apakah kau membeli tanah ini?”
“Tidak. Itu turun temurun diwariskan dari orang tua kepada anaknya.”
Ketika ia terus mengali, aku pun mulai menggali…. Secara mental. Aku berpikir mengenai teoriku. Dan semakin keras berpikir, pertanyaanku semakin banyak. “Bagaimana dengan sekopmu? Sekop ini kecil, tapi apakah milikmu juga?”
“Ya, ‘gan.”
“Dan cangkul itu?”
“Ya, ‘gan.”
“Bajak?”
“Milik saya, ‘gan.”
“Lalu hasilnya untuk siapa?”
“Untuk saya, ‘gan.”
“Apa hasilnya cukup untuk kebutuhanmu?”
Dia mengangkat bahu sebagai bentuk kekecewaan. “Bagaimana mungkin sawah yang begini sempit bisa cukup untuk memenuhi kebutuhan seorang istri dan empat anak?”
“Apakah kau menjual sebagian hasilnya itu?” aku bertanya.
“Hasilnya sekadar cukup untuk makan kami. Tidak ada lebihnya untuk dijual.”
“Apakah kau memperkerjakan orang lain?”
“Tidak, ‘gan . Saya tidak mampu membayarnya.”
“Apakah engkau pernah kerja pada orang lain?”
“Tidak, ‘gan. Saya harus membanting tulang, tetapi jerih-payah saya semua untuk diri saya.”
Aku menunjuk sebuah gubuk kecil. “Siapa pemilik rumah itu?”
“Itu rumah saya, ‘gan. Kecil tetapi milik saya sendiri.”
“Jadi kalau begitu,”Kataku sambil menyaring pikiranku sendiri ketika kami berbicara, “Semua ini milikmu?”
“Ya, ‘gan.”
….
Dan nama petani muda itu adalah Marhaen.
Bung Karno berujar:
“Para petani kita mengusahakan bidang tanah yang sangat kecil sekali. Mereka adalah korban dari sistem feodal, di mana pada awalnya petani pertama diperas oleh bangsawan pertama, dan seterusnya sampai keanak-cucunya selama berabad-abad. Rakyat yang bukan petani pun menjadi korban dari imperialism perdagangan Belanda, karena nenek moyangnya telah dipaksa untuk hanya bergerak di bidang usaha yang kecil sekedar bisa memperpanjang hidupnya. Rakyat yang menjadi korban ini, meliputi hampir seluruh penduduk Indonesia, adalah Marhaen.”
Kaum Marhaen menjadi salah satu ciri masyarakat Indonesia saat itu di era kolonial, dimana kaum Marhaen ini sangat berbeda dengan kaum proletar Eropa. Kaum Marhaen memiliki alat produksi sendiri, tidak mempunyai tuan atau majikan dan hasil produksinya hanya cukup untuk dirinya sendiri dan keluarga. Petani kecil, pedagang kecil masuk dalam kategori ini, dan saat ini Marhaen tersebut sangat relevan bagi bangsa ini.

            Marhaenisme adalah lambang dari penemuan kembali kepribadian nasional, kata Bung Karno. Dan jangan lupakan ideologi bangsa ini, bahwa bangsa ini berdiri karena suatu perjuangan Bung Karno dan teman-temannya yang membidani lahirnya bangsa ini dan melepaskannya dari cengkraman kolonialisme. Marhaenisme adalah semangat kita. 

Jumat, 23 Desember 2016

Menjaga Bung Karno, Menjaga Indonesia


Beberapa tahun belakangan ini sejak tahun 2012 kita terlalu disibukkan dengan kejadian-kejadian yang memang terkadang kalau diperhatikan cukup memilukan sebagai warga negara, yaitu rentannya NKRI dalam perpecahan saat ini. Menurut saya tahun 2016 ini semoga puncak dari ketidakharmonisan hubungan kita sebagai warga negara. Di media sosial saling mencaci-maki antara dua pihak, isu agama yang semakin meningkat dan kekerasan yang sering terjadi di negara ini. Apakah ini sebagai tanda bahwa negara ini sedang mengalami krisis ideologi?
Kembali ketika bapak pendiri bangsa ini yaitu Ir. Sukarno dan M. Hatta menandatangani Proklamasi, atau kembali ke Sumpah Pemuda 1928 dimana saat itu negara ini belum diakui keberadaannya, kita masih satu. Satu rasa, satu perjuangan dan satu tujuan. Tapi justru saat ini rasa itu seperti memudar karena perpolitikan negara ini tidak stabil, perebutan kekuasaan, korupsi dan ketidakefisiensi penyusunan anggaran menjadi momok menakutkan dalam membangun negeri. Jika dulu kita melawan penjajah yaitu Belanda dan Jepang sebagai musuh terlihat, justru ketika negeri ini merdeka musuh sebenarnya adalah bangsa ini sendiri. Musuh yang tidak terlihat dan musuh yang seperti serigala berbulu domba.
Perebutan kekuasaan, korupsi, fitnah dengan tujuan memperkaya diri hingga pembelaan terhadap keyakinan yang berlebihan sehingga menimbulkan konflik yang tidak berujung.
Bung Karno pernah berujar bahwa negara ini berdiri sebab karena memiliki rasa persatuan yang sama terhadap penjajahan, bukan masalah agama, suku atau ras yang berbeda, justru perbedaan adalah kekuatan sebenarnya. Maka tidak heran Belanda menerapkan sistem politik Devide et Impera pada bangsa ini.
Setiap persoalan baik agama maupun kenyakinan haruslah diselesai dengan cara mufakat. Tapi justru mufakat ini menjadi hal yang tabu. Sehingga tidak heran bahwa bangsa ini rentan dibawa kedalam perpecahan. Saat ini semakin keras bersuara membabi buta terhadap kenyakinan pribadi di media sosial semakin akan menimbulkan perpecahan bagi bangsa.
Sudah sewajarnya kita sebagai warga negara yang bisa hidup saat ini berterimakasih kepada Bung Karno dan Bung Hatta juga kepada para pahlawan lainnya baik itu mereka yang berbeda agamanya dan paham politiknya yang telah berjuang untuk memerdekakan Indonesia tanpa terkecuali dengan menjaga warisan Bung Karno yaitu semangat nasionalis, sosialis, marhaenisme hingga semangat persatuan negeri ini. bukan dengan mencaci-maki, menuduh atau merendahkan kenyakinan orang lain.

Dan untuk pemimpin lainnya supaya tidak mengadu domba dan menyebar fitnah karena dengan begitu anda adalah pengkhianat bagi bangsa ini.  

Kamis, 24 November 2016

Keajaiban

Awal mulanya saya tertarik dengan novel karya J.K. Rowling dimulai ketika saya masih menempuh pendidikan sebagai seorang mahasiswa angkatan akhir, teman saya merekomendasikan sebuah novel yang menurut saya bosan sekali saya baca dengan ketebalan yang luarbiasa. Perlu dicatat bahwa saya tidak menyukai novel, dan ketika diminta untuk membacanya terus terang muncul satu kata yaitu MALAS.
Dikarenakan sering mengunjungi perpustakaan daerah (hampir setiap hari), suatu saat entah dengan sihir apa saya tidak tahu tergeraklah saya untuk mulai meminjam novel J.K. Rowling dimulai dari buku pertama sampai buku terakhir. Dan dari situ perjalanan kisah seorang penyihir dimulai. Mungkin saja saat saya berkunjung tersebut ada penyihir gelap pengikut Dia-Yang-Namanya-Tidak-Boleh-Disebutkan mempengaruhi muggle.
Banyak hal yang memang ajaib dan tidak masuk diakal ketika saya memasuki dunia sihir J.K. Rowling, tapi satu kata yang ditemukan ketika saya sendiri memasuki dunia sihir ini adalah KEAJAIBAN. Secara tidak langsung saya juga menemukan banyak keajaiban yang memang tidak masuk diakal. Keajaiban-keajaiban yang saya temukan di dunia sihir ini membuat muggle menyukai keajaiban tersebut.
Bagaimana jika keajaiban itu benar-benar nyata didunia nyata?
Sulit sekali saya menemukan keajaiban akhir-akhir ini, di dunianya facebook, twitter, portal berita online semuanya menawarkan kegelapan, caci maki, penghinaan, pembenaran diri, fitnah hingga kebencian. Televisi pun menawarkan hal yang sama, kebohongan, gosip, pembenaran diri, kesombongan, caci maki, penghinaan dan kebencian.
Tapi hari ini saya menemukan keajaiban, yaitu saya bisa minum kopi di kafe favorit saya. Mari buat keajaiban sekecil apapun.
www.domba-hitam.blogspot.com

Sabtu, 12 November 2016

KEBENARAN

Apa itu kebenaran?

Ternyata KEBENARAN adalah mereka yang memiliki BACOT paling besar diantara yang lainnya.

Sabtu, 22 Oktober 2016

Semua Orang Tiba-Tiba Menjadi 'Dewa'

Semua orang tiba-tiba menjadi dewa
Semua orang tiba-tiba merasa benar
Semua orang tiba-tiba merasa suci
Semua orang tiba-tiba menjadi pahlawan
Semua orang tiba-tiba membenci yang beda
Semua orang tiba-tiba mencintai yang sama
Semua orang tiba-tiba menjadi binatang
Semua orang tiba-tiba membinatangkan manusia
Semua orang tiba-tiba menjadi takut

Dan tidak semua orang seperti itu...

Kamis, 29 September 2016

Level Berapa?

Saya dan teman-teman seringkali bercanda tentang level-level dalam dunia kerja maupun tentang kejadian-kejadian yang unik lainnya. Sebenarnya percakapan level ini bermula ketika sedang training beberapa minggu yang lalu. Sudah level berapakah Anda?
Level disini hampir sama dengan KPI (Key Performance Indicator) tahunan yang terbaru dari perusahaan. Jadi untuk sosialisasi diadakanlah semacam training bagi seluruh karyawan perusahaan saat ini.
Level paling rendah adalah 1 dan paling tinggi adalah 5. Seorang staf minimal memiliki level 1-2, seorang manager/supervisor minimal level 3-4, seorang direksi minimal memiliki level 5. Penentuan level ini berdasarkan kinerja yang diukur selama 6 bulan, jadi konsistensi melakukan point-point yang terdapat dimasing-masing level akan menentukan level berapa Anda.
Ini bukan level dalam cerita ninja Naruto, chunin, sanin hingga hokage. Tapi lebih kepada pengukuran nilai dari seorang SDM dan kompetensi diri pribadi. Jika seorang staf perusahaan tersebut masih berada dilevel 1, tentu ia harus upgrade ke level 2 untuk bisa meningkatkan kompetensi dalam dunia usaha ini.
Saking seringnya kita mengingat tentang level ini, jadi sering jadi bahan candaan ketika sedang bercerita. Misalkan ketika sedang menyaksikan seorang pengendara motor tidak memakai helm dijalan umum dan melewati pos polisi kita akan memberi level 5 kepada pengendara motor tersebut (ini hanya candaan). Atau ketika mampu bertahan diakhir bulan sebelum gaji cair sudah berada dilevel 5.
Mengapa perlu level?
Ternyata untuk menguji kompetensi pribadi, membutuhkan kejujuran dari diri sendiri. Mungkin saja bisa asal-asalan dalam menentukan level berapa? Tapi kompetensi diri akan menentukan hasil dari setiap pekerjaan yang menjadi tanggungjawab pribadi. Pentingnya mengetahui level berapa pribadi sendiri akan membantu kita untuk meningkatkan kompetensi kita. Tentu membutuhkan konsistensi untuk mencapai level tersebut.
Dan semakin kita mengetahui bahwa level kita sendiri akan menolong kita untuk mencapai level selanjutnya hingga apa yang harus kita lakukan untuk meningkatkan level tersebut. Seperti seorang ninja yang ingin menjadi Hokage, atau selamanya hanya akan jadi ninja Hatori.
Sudah Level Berapa? (Ah masih jauh rupanya)

Jumat, 16 September 2016

Dan Purnama Ini Kita Bertemu

Dan purnama ini kita bertemu,

Lalu kita bernyanyi bersama ditengah hingar bingar lampu kota, tapi kita tak pernah mengerti bait yang kita nyanyikan. Semua tampak kosong bagimu. Dan kamu berkata padaku :

“Aku tidak akan jatuh”,

“Ya tentu, kamu tidak akan jatuh”

Kamu tertawa pada purnama ini, dan malam pun tampak seperti seorang pecundang kehidupan. Kita mencoba untuk menghentikan waktu ini, mencoba agar purnama tidak berlalu. Tapi apa lacur, kita adalah budak waktu.

Tertawa, air mata, kesedihan, bahagia, canda, kelucuan dan kegilaan.

Kita seperti membawa gulungan kosong kedalam dunia ini, yang harus ditulis selama kita hidup. Dan mengantarnya kedalam ingatan orang lain. Akankah orang lain mengingatnya? Berapa lama? Seratus tahunkah?


“Mari kita hentikan omong kosong ini”

Kamis, 15 September 2016

Malam Punya Cerita Masing-Masing

Malam punya cerita masing-masing
Sedih
Bahagia
Hilang
Tawa
Kecup
Sepi
Pulang
Pesta
Dingin
Peluk
Hening
Diam
Berani
Setan
Hujan
Kamu
Gelap
Kosong
Sendu
Gemerlap
Aku simpan dalam kesendirian
Tidak untukmu atau untuk siapapun
Ku pilih ‘tuk kejar malam ini

Biar nanti ku pendam dalam diri 

Sabtu, 10 September 2016

Jika Pak Harto Masih Berkuasa Saat Ini...

Jika Pak Harto Masih Berkuasa Saat ini …


Jika Pak Harto masih berkuasa saat ini…
            Mungkin ABRI masih memegang kekuasaan atas keamanan negara
            Negara tetangga tidak akan berani klaim sana-sini wilayah perbatasan kita
            Keamanan dalam kota akan terjamin sebab akan sering kita jumpai ABRI
            Dan desa-desa akan mendapatkan program AMD atau ABRI Masuk Desa
            Tempat-tempat ibadah akan aman sebab dijaga oleh tentara atau polisi
           
Jika Pak Harto masih berkuasa saat ini…
            Tidak akan ada banyak partai, sebab partai akan dibatasi dalam pemilu
            Partai-partai lainnya tidak akan berani membuat keputusan yang bertentangan dengan
            pemerintah
            Stabilitas politik akan terjaga sehingga investasi akan meningkat
            Anggota DPR/MPR akan rajin ikut sidang dan tidak tidur
            GBHN akan terus ada dan ideologi pancasila akan terus digaungkan pemerintah
            Daerah akan mengikuti perencanaan dari pusat untuk pembangunan
            Perekonomian akan diperkirakan stabil dan pertumbuhan akan setara dengan RRT
           
Jika Pak Harto masih berkuasa saat ini…
            Tidak akan ada ormas-ormas yang berunjuk rasa menentang pemerintah
            Tidak akan ada ormas seperti FPI, FBR, HTI dll yang ingin membentuk negara khalifah
            Atau ormas-ormas yang anti-Pancasila
            Dan ormas-ormas tidak akan melakukan pungutan ilegal terhadap masyarakat dengan
            alasan keamanan
            Tidak akan ada ormas-ormas yang menentang keputusan pemerintah
            Juga tidak akan kita temui Ibu Ratna Sarumpaet, Ahmad Dhani saat pengusuran
            di Jakarta
            Juga tidak akan ada Pak Ahok di Jakarta, Kang Emil di Bandung, Pak Jokowi di Solo
            Ibu Risma di Surabaya dan Ibu Atut tidak akan ada di Banten

Jika Pak Harto masih berkuasa saat ini…
            Situs-situs porno akan terblokir tersendirinya
            Kita tidak akan menyaksikan acara D*hsyat, P*sbuker dan acara-acara musik yang
            penontonnya bayaran hingga ketawanya pun dibayar
            Kita juga tidak akan menyaksikan artis-artis yang alay-alay, kehidupannya dijadikan
            acara televisi tidak mendidik
            Juga tidak akan kita temui program-program acara televisi yang terindikasi membodohi
            Acara melahirkan istri artis dan suami anggota DPR pun tidak akan ditayangkan
            Akun-akun provokator di twitter dan facebook akan ditangkap 
            Jonru pun tidak akan ada di media sosial

Jika Pak Harto masih berkuasa saat ini…
            Mungkin tidak akan kita temui akun-akun alay bin lebay di facebook
            Facebook akan diblokir jika tidak mengikuti arahan pemerintah
            Twitter pun tidak akan berumur panjang jika tidak mengikuti aturan pemerintah
            Lalu muncullah media sosial buatan dalam negeri penganti facebook dan twitter
            Tidak akan ada yang berani mengkritik kebijakan pemerintah lewat media sosial
            Aktivis-aktivis akan ditangkap dan dihilangkan
            Gerakan-gerakan pro-demokrasi akan ditekan
            Tidak ada ruang bagi kebebasan berekspresi di negara ini
            Televisi hanya akan menyiarkan program-program yang mendukung pemerintah
            Koran-koran akan dibrendel jika mengkritik pemerintah
            Masyarakat akan terus mendengar kebohongan dari radio, televise dan koran-koran
            Penembakan misterius, penghilangan secara paksa, pengadilan tidak adil akan
            menjadi hal umum di negara ini
           
Jika Pak Harto masih berkuasa saat ini…

            Mungkin saja tulisan ini tidak akan pernah muncul…

Kamis, 01 September 2016

KETIKA RAKYAT DIBERI MAKAN JANJI KAMPANYE

    Menjelang Pilkada 2017, sudah banyak bertebaran baliho-baliho bakal calon Gubernur-Wakil Gubernur di hampir setiap sudut jalan dan persimpangan yang padat kendaraan. Tak terkecuali di daerah saya sendiri sering saya jumpai baliho-baliho besar baik calon yang sudah dikenal atau mereka (belum dikenal) yang tiba-tiba ingin mengambil kesempatan untuk digandengkan dengan calon yang lebih dulu dikenal.
    Gubernur petahana daerah saya sendiri yang baru satu periode menjabat (mengantikan gubernur lama) dipastikan akan maju pada Pilkada 2017 dan sudah diperkirakan akan menghadapi wakil gubernur saat ini juga berniat akan maju pada 2017 ini. Bagi saya ini merupakan suatu tantangan bagi calon lain untuk maju menghadapi petahana gubernur dan wakil gubernur yang memiliki sumber daya yang besar sebelum masa kampanye. Bagaimana tidak, sebelum kampanye sudah bertebaran baliho mengucapkan selamat hari raya natal, imlek, idul fitri dan HUT RI ke 71. Dan baliho tersebut hanya memuat satu calon petahana beserta istrinya saja (tidak disertakan wakilnya), dan memang benar bahwa petahana lebih memiliki sumber daya berlimpah dalam menghadapi Pilkada. Walau keputusan akhir tetap ditangan rakyat.
    Dan tentu saya juga mengerti bagaimana Pak Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta tidak mau mengambil cuti kampanye akan menimbulkan kekuatiran bagi calon-calon lainnya jika Pak Ahok mengunakan sumber daya yang dimiliki untuk curang dalam kampanye nanti. Tentu saja akan membuat keblingler calon lainnya dalam menghadapi Pak Ahok.
    Kembali dalam judul diatas bahwa dalam masa kampanye kita akan disuguhkan dengan makanan berupa “Janji-Janji Manis Kampanye”, dan ini berbeda dengan Martabak Manis khas Bangka, tentu tidak kalah manis dengan martabak manis khas Bangka. Dan setiap hari kita akan dipaksa untuk membaca setiap janji-janji kampanye (hal ini seolah terasa seperti calon tersebut mengambil makanan dan memasukkannya kedalam kerongkongan).
     Saat memasuki masa-masa pilkada 2017 akan muncul baliho-baliho “hantu”, mengapa? karena baliho-baliho tersebut hanya akan kembali ditahun 2022 mendatang. Jadi sudah seperti penjual durian musiman. Biasanya setiap baliho akan menampilkan nama, wajah, gelar dalam pendidikan, kata-kata kiasan, dan pemaksaan dalam pemberian gelar dalam masyarakat, contoh “Bapak Pembangunan”.
    Dan apalagi saat memasuki masa kampanye kita akan melihat bendera-bendera bergambar binatang, simbol-simbol, warna-warni baik merah, kuning, orange, hijau dan biru bertebaran di median jalan ibukota. Jalanan dipenuhi kader-kader konvoi keliling, atau berkumpul dilapangan sambil berteriak-teriak membela calonnya. Dan sampah-sampah sisa-sisa kampanye dibersihkan kembali oleh petugas kebersihan. Dan calon-calon akan mendadak rohani dengan juga memasang baliho ditempat-tempat ibadah.
    Setiap janji kampanye tentu harus ada realisasinya selama lima tahun jabatan, apakah janji lama bisa ditepati sebelum membuat janji baru? Atau calon lainnya yang akan mencalonkan sudah memiliki visi dan misi jika ia terpilih, atau hanya seperti sebelum-sebelumnya? Kita berharap yang akan terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur bukanlah pemenang, tapi pelayan rakyat. Pemenang akan memperlakukan dirinya sendiri sebagai raja, tapi pelayan akan memperlakukan dirinya sebagai hamba.


Raja memberi makan rakyat dengan janji-janji, tapi pelayan akan menyediakan makan bagi rajanya. 

Senin, 15 Agustus 2016

Tanda Tanya

Memperhatikan situasi ekonomi, politik dan sosial saat ini, saya menemukan beberapa fakta yang memang cukup menegangkan ataupun mencengangkan. Seperti contoh ketika memperhatikan di Playstore aplikasi seperti "guide" atau pun aplikasi panduan bermain suatu game, banyak rupanya anak muda di negeri ini tidak mengerti bahwa itu bukan game tapi 'guide' bermain game tersebut. Ataupun ketika seorang mantan presiden di negeri ini menge-tweet tentang ekonomi tiba-tiba banyak yang membalas tweet tersebut dengan nada sindirin " 10 tahun pemerintahan bapak, apa yang bapak lakukan?" atau "10 tahun kemana aja pak?" harusnya mereka menge-tweet dengan balasan seperti ini "prestasi bapak selama 10 tahun berhasil menciptakan album bla bla bla" atau "10 tahun pemerintahan bapak, bapak berhasil mendorong petinggi partai bapak masuk penjara" kan itu mantap sekali.

Entah mengapa banyak hal yang memang terjadi tidak sesuai dengan kehendak kita, contohnya ya seperti hal yang saya terangkan diatas. Menulispun terkadang saya bosan karena sudah semakin bosan dengan topik-topik yang beredar.
Menulis tentang olahraga, Messi dan Ronaldo udah banyak yang nulis. Bulutangkis tidak update, juga kemampuan bermain sebenarnya dibawah rata-rata. Rio Haryanto udah ngak membalap lagi diseparuh musim F1. Medali emas sampai sekarang ini belum satu pun didapat, mungkin karena negeri ini 200juta rakyatnya tidak pandai olahraga (sementara Thailand sudah dapat 2 medali emas).
Menulis tentang film, antri tiket untuk nonton di bioskop saja sebenarnya malas, karena antrinya lama. Padahal film-film Indonesia lagi oke-okenya. Juga saya tidak pandai berlakon jadi belum bisa menulis tentang film. LoL
Menulis tentang ekonomi, walaupun sebenarnya hal-hal berhubungan dengan ekonomi dikuasai walaupun sedikit sebenarnya topik ini bisa saya angkat. Ekonomi dalam bahasa aslinya Oikos Nomos, yaitu mengatur rumah tangga, dan saya belum berumahtangga jadi saya tunda dulu menulis tentang ekonomi ini.
Menulis tentang politik, sudah banyak pengamat-pengamat baru didunia perpolitikan ini, ya sekalian muncul ditelevisi siapa tahu jadi terkenal dan mendapat bayaran. Politik itu seperti Tai dan Kucing, kalo digabung jadi TAI KUCING (kata-kata ini saya dapat dari menonton film GIE). Sebenarnya politikus itu laiknya drama, dilakonkan oleh profesional-profesional dibidangnya, jika tak bisa melakonkannya dengan baik, matilah ia. Jadi saya tidak bisa menuliskannya dengan baik.
Menulis tentang artis dan aktor Indonesia, mungkin tidak, karena sekarang lagi terkenalnya film India Uttar*n dari siang sampai malam. Dalam doa saya semoga kabel pemancar dari stasiun televisi tersebut disambar petir sehingga stasiun televisi tersebut tidak bisa memancarkannya.
Menulis tentang perbedaan sosial, ini menjadi dilema, saya takutnya jika menulis tentang sosial sulit diterima, karena saya Cina, dan takutnya kondisi sosial kita sulit menerima mereka yang bukan mereka.
Menulis apapun sekarang menjadi sulit, sejak ekspansi VBlog di Instagram, Youtube, Facebook dan media-media sosial lain berbasis video,  orang lebih suka melihat secara visual dibandingkan dengan membaca, padahal dulu yang baca blog saya ini banyak, sekitar 10 viewer per post. sekarang hanya 1 viewer, dan itu pun saya sendiri. Mungkin kita harus menutup Google dan diganti dengan Weibo, Facebook diganti Friendster, dan Youtube diganti dengan Handycam. LoL
Membuat video pun saya enggan sebenarnya karena anak Presiden lebih laku dari video saya. Membuat album tentu saja tidak menang dengan mantan presiden sebelumnya, menjadi penulis melelahkan saya karena saya sendiri tidak mengerti apa yang saya tulis ini.

Selamat Sore.

Minggu, 14 Agustus 2016

Kondisi Saat Ini

Sebenarnya sudah beberapa waktu ini saya ingin menulis untuk blog ini. Tapi kelihatannya minat membaca sekarang ini semakin kurang khususnya bagi diri saya sendiri. Kita sudah terlalu lama bermain dengan gadget smartphone, sehingga waktu untuk menulis itu menjadi semakin jarang. (saat ini sedang memanfaatkan waktu kerja untuk menulis.).


Kamis, 11 Agustus 2016

Seperti

Aku membenci ketika aku jauh darimu
Aku membenci ketika kamu sedih karena aku
Aku membenci diriku ketika aku tidak bisa membuat senyum diwajahmu
Aku membenci hari-hari ini ketika ia tidak adil bagimu
Aku membenci setiap kali ada yang menyakitimu dan itu aku

Aku mencintaimu seperti ranting dijadikan sangkar burung
Aku mencintaimu seperti E = MC²
Aku mencintaimu seperti tinta dan kertas yang menjadikannya ada
Aku mencintaimu seperti tiang langit

Yang menjadikannya tidak terbatas

Dan Ketika Malam Itu Terasa Sepi

Sendiri dan kesepian tentu adalah dua hal yang berbeda dalam arti dan maksud. Saat ini saya sedang sendiri, bukan berarti saya kesepian. Saya berusaha mencari waktu terbaik untuk menyeruput espresso dari biji kopi Silimahuta. Saya membutuhkan ketenangan untuk meminumnya.

Terus terang saya membenci kesendirian ini, saya seperti berbicara dengan benda-benda mati yang tidak bergerak dan tidak merespon. Tapi saya tidak kesepian.

Beberapa hari ini berita-berita ditelevisi, koran nasional maupun lokal terus memuat berita tentang Pilkada DKI yang bagi mereka semakin seru, atau bagian Olahraga yang masih panas berita tentang kepindahan Paul Pogba. Koran dan televisi banyak menyiarkan kebohongan juga dengan film-film india yang menurut saya semakin larut tayangnya dan tidak jelas alur ceritanya (itu seperti penderitaan yang tidak berakhir sampai ke neraka).

Adakah yang menarik dari semua itu?

Kebohongan dan kebohongan. Manusia menyukai kebohongan. Dan bukankah manusia selalu berbohong setiap waktu. Apakah kita seperti Adam yang bersembunyi dari Allah? Atau seperti orang Farisi?

Diajarkan sejak kecil "Bohong Itu Tidak Baik".

Selasa, 29 Maret 2016

Buku Di Persimpangan Jalan

Selamat Malam.
Tiba bagi penulis untuk bercerita malam ini, sudah lama penulis tidak update lagi blog ini. Penulis terlalu sibuk dengan aktivitas sebagai manusia bumi, kerja dan kerja.

Untuk bercerita itu kelihatannya sangat mudah mungkin bagi pembaca, tapi menulis itu bagi saya pribadi adalah seperti air, mengalir begitu saja, entah itu pembaca suka atau tidak. Tapi menjadi koreksi bagi penulis untuk menuliskan hal-hal yang menarik bagi pembaca. Karena walaupun "produk" yang ditawarkan bagus, tapi tidak disukai oleh pembeli, apalah artinya "produk" itu, oleh sebab itu penulis ingin senantiasa membuat pembaca juga seperti air dalam membacanya. Suka atau tidak sukanya itu akan tetap seperti air, mengalir.

Untuk cerita malam ini, penulis sendiri mempunyai banyak buku yang masih belum dibaca. Dan saya ingin berbagi banyak hal yang telah saya baca untuk pembaca budiman. (Kata-katanya sudah seperti buku LKS atau menulis ditajuk Konsultasi koran harian).

Dimulai dari buku.
Entah berapa banyak buku yang penulis punya di rak buku sederhana dikamar ini, belum setara perpustakaan di kota. Tapi setidaknya buku penulis tidak berdebu seperti di perpustakaan kota. Jika bercerita tentang buku, maka alasan penulis adalah waktu. Membaca itu membutuhkan waktu. Jika penulis sendiri jarang membaca buku, artinya waktu penulia tidak terbagi untuk membaca buku. Baiklah, sekarang penulis menghitung waktu.
Pukul 06.00 WIB - Bangun tidur
Pukul 07.00 WIB - Baru angkat dari tempat tidur
Pukul 07.10 WIB - Cuci muka (bila mau langsung mandi
Pukul 07.25 WIB - Menyeduh kopi. Ritual wajib setiap pagi.
Pukul 08.30 WIB - Berangkat ke kantor
Pukul 18.00 WIB - Tiba dirumah
Pukul 18.15 WIB - Selesai mandi
Pukul 18.45 WIB - Selesai minum kopi (sekaligus membuatnya)
Pukul 19.00 WIB - Pergi jalan-jalan
Pukul 22.30 WIB - Tiba dirumah
Pukul 23.00 WIB - Tidur tampan

Penulis selalu punya alasan untuk beralasan dan tidak mau dipersalahkan karena membuang-buang waktu. Anggap saja yang penulis rinci tersebut adalah proyeksi waktu sehari-hari. Dan saya tidak suka jika pembaca berkomentar terlalu banyak. Karena motto didunia maya adalah:
1. Uruslah diri Anda sendiri sebelum mengurusi urusan orang lain.
2. Hidup-hidup (diulang 2x) saya sendiri, seenak-enak (diulang 2x) saya.
3. Jangan sok suci
4. Silakan tambah sendiri

Dan penulis terlalu banyak membaca komentar "pembenci-pembenci" artis didunia maya, baik instagram dan twitter, memang itu membawa dampak yang negatif bagi psikologis. Dan jika penulis harus membaca buku diwaktu-waktu sehari-hari tersebut, artinya itu adalah sebuah kerinduan yang dalam sekali.

Baik itu saja penulis ingin bagikan malam ini. Dan perlu pembaca ketahui juga, bahwa menulis diblog ini perlu waktu, ini saya korbankan waktu.

Selasa, 19 Januari 2016

Si Gelap Yang Kau Sebut

Saat itu tiba...

Yang terdengar hanya suara dari malam
Binatang-binatang kecil bersahutan dalam melodi yang tidak aku ketahui
Aku bosan pada melodinya
Tapi aku merindukan ia jika tak ku dengar saat malam

Dan gelap itu kau sebut malam
Kamu benci jika malam tiba
Karena malam merampas keramaianmu
Apa yang dirampas malam akan kembali pada paginya

Dan pagi itu kau sebut malam yang akan datang...

Aku menunggu malam supaya kamu bercerita bahwa kamu membencinya
Membenci melodi
Membenci gelap
Membenci kesepian
Membenci dirimu sendiri

Apa yang telah dirampas oleh malam akan kembali pada paginya

Jam Tangan

Aku ingin memberikan hadiah padamu Jam tangan Yang menunjukan waktu untuk kamu lalui Menghitung detik demi detik dengan sabar Mungkin aku ad...