Aku Terlau Takut Untuk Membacakan Puisi-Puisi Untukmu

aku terlalu takut untuk membacakan puisi-puisi untukmu

terlalu banyak kepedihan dari matamu malam ini

aku terlalu bimbang untuk bicara tentang kepedihanmu

mungkin juga aku terlalu takut menatapmu malam ini

segala kemungkinan aku bicarakan

tapi kau muak pada puisi-puisi ini

maaf

kemarin ulang tahunmu, tiga puluh satu tahun yang lalu kamu lahir. Ada banyak doa yang terucap dari pesan teks yang kamu terima. 

iya pesan teks, hanya pesan teks yang kamu terima dan doa-doa yang tidak kita pernah mengerti. seseorang pernah berkata, ulang tahun tidak perlu dirayakan karena umur kita berkurang bukan bertambah. 

bukankah tahun-tahun yang kita lewati perlu dirayakan kata yang lain lagi.

entahlah terlalu banyak nasehat yang kita dengar. terlalu banyak

Percakapan

Hi

Apa kabar?

Baik. 

Bagaimana dengan kabarmu?

(Bagaimana caranya kita menutupi kondisi saat ini hanya melalui teks pesan)

(Oh tentu saja kita tidak merasa baik-baik saja. Hanya orang-orang mati yang merasa baik)

(Sangat pintar menutupi kondisi saat ini, merasa baik-baik saja tidak pernah menjadi baik)

Baik juga.

Sekarang masih kerja ditempat lama?

Tentu, masih ditempat sebelumnya. 

...

 Setiap bulannya aku selalu membeli buku. Entah berapa buku yang tidak selesai dibaca tapi sudah menambah buku baru lagi. Terkadang selalu berpikir "ah waktuku tidak banyak untuk membaca", pikiran itu dimentahkan oleh teman sendiri yang berujar "bukan waktu kita yang berkurang, tapi kita tidak menyisihkan waktu kita untuk membaca".

Apa yang ia katakan masuk akal. 24 jam sehari, waktu tidur 7-8 jam/sehari, sisanya kita isi dengan hal-hal lain seperti kerja, makan, mengobrol, berselancar di internet, bermain game maupun menonton. Ya benar, aku tidak menyisihkan waktuku untuk membaca. 

Apakah hakikat dari waktu itu sendiri?

Dan bagaimanakah waktu itu bekerja sendiri?