ANJING
BERDASI
Saya sangat tertarik ketika berbicara tentang
seorang manusia, seperti yang saya sampaikan sebelumnya, kalau manusia itu
sebenarnya pribadi yang unik.
Ada pembicaraan ringan bersama
dengan mentor saya beberapa hari yang lalu, dan ingin saya bagikan. Kiranya ini
bisa bermanfaat. Kalaupun tidak bermanfaat lebih baik diam saja. Karena orang
bodoh kalau diam pun akan disangka bijak oleh orang lain.
Ini terkait dengan kasus politik di
negara kita, dimana ada perkumpulan manusia yang menyebut dirinya sebagai suatu
organisasi yang paling bersih di Indonesia. Tapi saat ini sedang digonjang
ganjing setelah ketua umumnya terkait sama kasus “Hewan Impor”.
Saya tak kaget ketika mendengar
berita ini. karena bagi saya, kasus-kasus korupsi, suap, main wanita, cuci
uang, cari dana kampanye itu sudah biasa dikalangan politikus kita, hanya saja
sepertinya rakyat itu sudah tuli dan buta melihat situasi ini.
Banyak kasus-kasus lainnya yang
berhasil dibongkar oleh si “cicak” ini. bahkan buaya dan sapi pun mau ditelannya.
Tapi walaupun masih jauh dari harapan untuk membongkar kasus-kasus masa lalu
seperti kasus bank yang dibobol oleh “Anjing-Anjing Berdasi”.
Anjing-anjing berdasi itu sangat
pandai dalam menjilat tuannya unntuk memperoleh kekuasaan dan kepercayaan.
Bahkan saya sendiri binggung kenapa tiba-tiba salah satu dari anjing berdasi
ini muncul sebagai salah satu orang paling berkuasa di negeri ini. Padahal
sebelum itu tak pernah terdengar akan menjadi orang berkuasa, paling-paling
Cuma jadi ‘pembantu” presiden saja mengurusi urusan “rumah tangga”. Dan
langsung menjelit sebagai orang berkuasa. Ada apa ini? Apa karena profesinya
sebagai “anjing berdasi” itu yang
memudahkan langkahnya.
Presiden Sukarno, dalam masa
kepemimpinannya juga dikelilingi oleh “anjing-anjing berdasi” ini. Mereka
seolah-olah mendukung Bung Karno, tapi sejujurnya mereka mengingini Bung Karno
itu celaka.
Mereka terlalu memabukkan Bung
Karno dengan lidah-lidah mereka. Dan mungkin saja Bung Karno itu percaya kalau
masih didukung oleh teman-temannya.
Dan saat akan Bung Karno akan
jatuh, mereka, “anjing-anjing berdasi” ini langsung berbalik menjadi penentang
dan mengingini Bung Karno itu celaka sampai memenjarakan di penjara rumah.
Begitu pula dengan presidden kedua
kita, Pak Harto. Awalnya mungkin saja Pak Harto yakin masih didukung oleh para
menteri dan AD (yang sejak awal berkuasa menjadi pendukung Pak Harto) ditahun
1998. Tetapi namanya juga “anjing-anjing berdasi” mereka malah berbalik menjadi
penyerang dan meminta Pak Harto mundur. Karena juga mereka melihat peluang dari
kejatuhan Pak Harto, mereka malah menjadi berkuasa setelah Pak Harto lengser.
Justru “anjing-anjing berdasi” ini
haruslah yang pertama dimusnahkan, bila perlu tembak mati di bundaran HI atau
gantung saja di monas.
Tapi saya rasa “anjing-anjing
berdasi” ini tak akan habis-habisnya disingkirkan. Karena dimana ada kekuasaan
dan uang, disitu mereka akan selalu menjadi penjilat-penjilat yang pandai
menjilat kaki tuannya.
Coba lihat sekeliling, bukan hanya
ada dilingkungan kaum borjuis besar saja, borjuis kecil hingga kaum proletariat
pun menjadikan dirinya sebagai golongan penjilat-penjilat ini. Mereka kaum
paling hina yang mengingini kekuasaan (posisi/jabatan) dan uang dengan menjilat
tuan mereka dengan mencelakakan teman sesama borjuis kecil / proletariat
lainnnya. Dengan memasang wajah bopeng yang ditutupi oleh topeng kemunafikkan.
Lebih celakanya, mereka merasa diri
mereka benar apa yang dilakukannya. “Saya melakukan apa yang menurut saya
benar, saya juga bukan penjilat atau mengingini teman saya celaka, juga bukan seorang yang cari muka didepan tuan
saya!” kata penjilat-penjilat ini. Inilah yang paling celaka, mereka menjadikan
diri mereka sebagai kaum paling munafik didunia. Golongan ini menjadi golongan
antagonis, pelawan arus dari kaum proletariat lainnya. golongan ini harusnya
dirajam dengan batu saja.
Sangat mudah menemukan golongan
proletariat penjilat-penjilat ini. mereka kebanyakkan ada
diperusahaan-perusahaan, industri, organisasi-organisasi kecil.
Waspadai lah mereka, di kantor, di
sekolah, di kampus anda berada, mereka
akan selalu mencari muka dan merendahkan Anda dibelakang anda. Mereka suka
mempermainkan anda dialik kesabaran anda, mereka ingin mengajak anda main-main
dengan permainan yang belum tentu bisa anda menangkan. Ibaratkan dengan
perjudian.
Ingat kisah kurawa mempermainkan
pandawa lewat perjudian, hingga istri para pandawa, Draupadi, menjadi
taruhannya. Dan jangan pernah lupa juga,
kalau Sengkuni ada dibalik perjudian itu.
“LEBIH BAIK
ANJING DIRUMAH YANG MENJILAT TUANNYA KARENA KASIH, DARIPADA ANJING BERDASI YANG
MENJILAT TUANNYA KARENA DEMI SEBUTIR NASI”