Perlu sesekali kita
menghabiskan kopi bersama teman-teman diakhir pekan ini. Mungkin sepele bagi
beberapa orang atau hanya membuang-buang waktu berharga diantara kesibukan ini.
Kita terlalu sibuk
bicara dan bicara pada beberapa hari yang lalu, mengangkat telepon,
mencoret-coret kertas, menelpon untuk basa-basi lagi dan menghampiri orang lain
seakan bertanya kebutuhan mereka dan menawarkan solusi bagi mereka. Seperti siklus
harian selalu terulang dan berulang lagi sampai esok berganti esoknya lagi.
Dalam percakapan sederhana
ditemani kopi hitam pekat akan menghilangkan rasa letihmu (mungkin) terhadap
hari-hari yang lalu. Di kedai kopi yang kecil dan sederhana.
Si anak baik bicara
tentang televisi, bukan harga televisi atau merek televisi yang ia miliki. Tapi
tentang bahasan topik terhangat (sehangat kopi yang diminum) beberapa hari ini.
Ditambahi beberapa bumbu-bumbu lelucon khas daerah, sedikit mengolok-olok atau
menghina topik bahasan yang membuat pembicaraan siang ini jadi enak.
Dan hujan pun mulai
tampak bersahabat dengan kita saat ini.
Si anak baik mengangkat
kakinya dan menoleh ke jendela untuk menikmati tontonan air turun dari langit.
“Saya memperhatikan
seorang tukang parkir tadi pagi yang berdiri mematung sambil menghisap
candunya. Pria tua berkulit hitam terbakar matahari dengan postur tubuh yang
tinggi.”
Raut wajahnya berubah
dari lelucon sederhana ke pembicaraan yang masih belum dapat dimengerti oleh
pendengarnya.
“Mata pria itu kosong,
aku tidak melihat bola matanya dari seberang jalan. Ia seperti sedang
memikirkan sesuatu. Dan sialnnya aku tidak tahu apa yang dipikirkan pria
tersebut.”
“Mungkin kamu harus
bertanya pada pria itu.” Pendengar lainnya menanggapi.
Si anak baik tampak
kecewa dan dihinggapi rasa ingin tahu. Dan pendengar tampak tertawa kecil geli
melihatnya.
Dan aku pikir itu
adalah hal yang luar biasa yang diucapkan si anak baik. Mengapa ia begitu ingin
tahu apa yang dipikirkan pria tukang parkir itu?
Air yang turun dari
langit ini mulai turun dengan lebatnya
tampak mulai menghambat perjalanan. Di kedai yang kecil ini orang mulai
turun dari motornya untuk berteduh sambil sekalian menikmati kopi hangat
dicuaca yang dingin ini. Dan mulai tampak sesak dalam ruangan.
Si anak baik sedikit
kaget dengan pria yang barusan masuk kedai, dengan postur tinggi dan baju yang
basah kuyup duduk di pojok kedai. Si anak baik menghampiri pria itu.
“Boleh saya tawarkan
secangkir kopi hitam kepada bapak?”
Pria tua itu mengangguk
dengan senyum dibibirnya. Kulitnya hitam tampak terbakar matahari dan ia mulai
mengeluarkan candunya bernama rokok.