Juli nanti pilpres akan digelar, muncul dua calon dari dua partai koalisi. Siapa yang menang, saya tidak tahu. Tapi saya punya jagoan sendiri, yaitu capres nomor urut tiga.
Pemberitaan kedua calon tampak semakin parah di portal berita online, ada pujian hingga caci maki. Tidakkah muak menyaksikan beberapa media televisi maupun berita yang timpang, seakan-akan tidak memiliki kode etik yang baik.
Ini reformasi salah kaprah yang dikuasai para bajingan-bajingan tengik berselimutkan topeng kemunafikan.
Nikmati sajalah.
Jumat, 30 Mei 2014
WAJAH
Senja itu mulai lalu di kota
Lalu lalang di jalanan kuda-kuda besi
Tampak langit mencurahkan isi hatinya yang merah yang membara
Tapi siapa peduli pada langit
Bukankah ia selalu seperti itu pada senja
Benar bukan
Dan tentu saja aku tak peduli
Menunggu lampu hijau tampil di traffic light
Tampak ia sangat serius dan ingin cepat ke tujuannya
Bukankah ia selalu seperti itu pada senja
Benar bukan
Pergi ke ATM centre
Menunggu antrian
Tampak semua berwajah uang
Lalu lalang di jalanan kuda-kuda besi
Tampak langit mencurahkan isi hatinya yang merah yang membara
Tapi siapa peduli pada langit
Bukankah ia selalu seperti itu pada senja
Benar bukan
Dan tentu saja aku tak peduli
Menunggu lampu hijau tampil di traffic light
Tampak ia sangat serius dan ingin cepat ke tujuannya
Bukankah ia selalu seperti itu pada senja
Benar bukan
Pergi ke ATM centre
Menunggu antrian
Tampak semua berwajah uang
JAKARTA
Perasaan ini sangat merindukan kota Jakarta, entah mengapa saya mesti kembali lagi ke Bangka. Untuk alasan ini saya masih belum paham akan keputusan saya. Dan saran dari beberapa orang saya abaikan untuk hal yang memang masih belum ada kepastiannya. Dan hal-hal tersebut justru sangat menantang bagi saya, walau akhirnya saya gagal beberapa kali.
Mungkin kedepannya jika saya tidak memiliki ikatan perasaan di kota ini, saya akan memutuskan untuk kembali ke kota Jakarta jika Tuhan mengkehendakinya. Tapi jika perasaan itu terikat, mungkin saya akan menetap di sini.
Beberapa kejadian sempat membuat saya stress, stress mungkin menjadi bagian dalam pengalaman manusia walau menempati porsi yang berbeda antar manusianya. Jika porsinya kecil, aman atau mungkin saja hidupnya biasa-biasa saja. Kalau tingkat stressnya tinggi, lebih baik tinggalkan saja apa yang dipegang.
Mungkin kedepannya jika saya tidak memiliki ikatan perasaan di kota ini, saya akan memutuskan untuk kembali ke kota Jakarta jika Tuhan mengkehendakinya. Tapi jika perasaan itu terikat, mungkin saya akan menetap di sini.
Beberapa kejadian sempat membuat saya stress, stress mungkin menjadi bagian dalam pengalaman manusia walau menempati porsi yang berbeda antar manusianya. Jika porsinya kecil, aman atau mungkin saja hidupnya biasa-biasa saja. Kalau tingkat stressnya tinggi, lebih baik tinggalkan saja apa yang dipegang.
Blog
Semakin rajin saja di blog. Justru teman saya yang jarang nonggol lagi dalam blog. Seperti biasa bahan tulisan ngak jauh dari itu-itu saja. Ingin menaikkan tingkatan tulisan saya agar lebih expert, terus terang agak sulit memang. Mungkin ke depannya saya harap dapat mengubah tulisan saya agar dapat lebih expert, hanya waktu yang akan menjawabnya.
Ada beberapa buku yang MASIH belum sempat saya baca, buku yang dari jauh-jauh saya tenteng antar pulau, terus terang saya merindukan waktu-waktu untuk membaca seperti dulu. Untuk Gramsci baru 10 persen saya baca. Pusing kepala saya membacanya.
Beberapa hari ini banyak kejadian yang terus terang sangat luar biasa. Saya tak perlu ceritakan di sini.
Ada beberapa buku yang MASIH belum sempat saya baca, buku yang dari jauh-jauh saya tenteng antar pulau, terus terang saya merindukan waktu-waktu untuk membaca seperti dulu. Untuk Gramsci baru 10 persen saya baca. Pusing kepala saya membacanya.
Beberapa hari ini banyak kejadian yang terus terang sangat luar biasa. Saya tak perlu ceritakan di sini.
Jumat, 23 Mei 2014
Feel So Bad
Serasa menjadi buruk malam ini,
hanya ditemani teh poci dalam teko dan cangkir kecil. Gula disediakan satu
cangkir kecil, tuang habis pokoknya dalam cangkir minum.
Manisnya gula tak semanis
hubungan ini dengan dunia. Penuh tantangan. Kerikil dan batu gunung siap
menghadang kakiku. Dan tembok Cina terpanjang menghalangi jalanku.
Serasa menjadi semakin
buruk malam ini.
Senja
Dan seketika senja itu lenyap
dihadapanku, sebelum sempat aku berkata-kata ‘selamat tinggal’.
Aku sangka senja itu akan
menunggu aku. Tapi aku salah. Ia pergi dan berlalu begitu saja. Dan kegelapan pun muncul
dibelakangku.
‘Ia akan kembali lagi’ ujar
rembulan.
‘Nantikan ia esok lagi’
Begitu dan begitu terus
setiap hari, ini seperti jadwal rutinitas yang aku jalani.
Dan lama-lama aku bosan. Sangat
bosan. Senja seperti memberikan harapan palsu ibaratkan candu.
‘Selamat Tinggal’ ujarku.
Ikut Dan Pergi
Ketika itu kau berkata :
“Malam ini akan indah
sayang, pulanglah dan kemarilah, berikan aku pelukkan hangatmu.”
Tapi aku ragu
“Yakinlah padaku”
Aku semakin ragu
Ragu
Ragu
Ragu
Hingga mesti ku lepaskan
apa yang telah ku dapatkan di tanganku
“oh masa depanku, engkau
mesti pergi karena aku harus mengikuti ia yang tak pasti”
Aku mengikutimu
Dan kau diam dan terus diam
hingga diam itu menjadi muak bagiku
Dan kau pergi
Pergi meninggalkan aku yang
duduk diam manis
Hanya kata ‘maaf’ yang
kudapatkan dari dirimu
Kau pelacur jalanan yang
paling hina
Yang telah menjerumuskan
aku dalam liang kematian
Dan aku terjebak akan
manisnya mulutmu
Kembali aku tak bisa
Dan luka ini akan semakin
dalam kurasakan
Artemisia
Seorang anak kecil terlahir dari darah Yunani yang hidupnya menderita, selain kehilangan keluarga oleh karena pasukan Yunani dan kemudian dijual dan ditelantarkan. Diadopsi orang Persia yang menjadikan ia seorang komandan pasukan perang yang tangguh di kerajaan Persia. Ia nyaris menghancurkan pasukan Yunani dalam 300 Rise Of An Empire.
Artemisia ibaratkan wajah
kemanusiaan sekarang yang terlahir kembali sebagai musuh bagi bangsanya
sendiri. Dendam yang berujung pada kematiannya memang cerita tragis dalam
kehidupan manusia yang tidak memperoleh keadilan yang real dan berpihak padanya.
Keadilan sepertikan dewi
buta memegang timbangan yang telah diperberat sebelah oleh yang berkuasa. Dan sebagai
penonton yang baik, membiarkan itu semua terjadi didepan mata kita sendiri.
Seperti itulah wajah
kemanusiaan kita sekarang yang duduk tenang menyaksikan film tersebut. Kita diam
tanpa banyak gerak dan hanya berkata ‘kasian’ pada Artemisia. Mengelikan.
Jika mesti mengingat dosa
setiap manusia, pada dasarnya kita adalah manusia-manusia yang patut dimurkai.
Hidup Artemisia berakhir. Dan
begitu pula akhir dari 300 : Rise of an Empire.
Jumat, 09 Mei 2014
MALAM
Malam,
Tampak ombak-ombak terus menerus berlari dan
berkejar-kejaran di pantai
“Kapan ombak itu akan berhenti”
Tanyaku
Dan angin berhembus
“Kapan angin di pantai ini akan berhenti”
Tanyaku
Hujan lalu turun
Dan aku berkata
“Semoga hujan ini tak pernah berhenti”
Langganan:
Postingan (Atom)
Jam Tangan
Aku ingin memberikan hadiah padamu Jam tangan Yang menunjukan waktu untuk kamu lalui Menghitung detik demi detik dengan sabar Mungkin aku ad...
-
yang\ ditakutkan\ ketika\ kamu\ pulang\ adalah\ bahwa\ kamu\ benar\ benar\ tidak\ ingin\ pulang\
-
aku terlalu takut untuk membacakan puisi-puisi untukmu terlalu banyak kepedihan dari matamu malam ini aku terlalu bimbang untuk bicara tenta...
-
kemarin ulang tahunmu, tiga puluh satu tahun yang lalu kamu lahir. Ada banyak doa yang terucap dari pesan teks yang kamu terima. iya pesan ...