Entah
apa yang dipikirkan oleh anak itu, anak tiga tahun yang berusaha menyeberang
jalan yang ramai sendirian dan berlari. Berlari terus tanpa menghiraukan
jalanan yang ramai. Ia terjatuh dan menanggis. Mengapa harus menangisi
kesalahanmu hai anak kecil?
Engkau
terjatuh tepat dihadapan mobil yang berusaha berhenti dan tangan orangtuamu
yang terus berusaha menangkap dan mengapaimu. Dan engkau menangis lama saat
itu.
Apakah
itu namanya keberanian dari seorang anak kecil yang berusia sekitar tiga tahun?
Keberanian yang nyaris saja mengantarkan ia meninggalkan dunia fana ini.
Mungkin
itulah kondisi manusia saat ini, manusia berusaha mengapai keinginan dan nafsu
pribadinya. Sedangkan tangan orangtua itu adalah Tuhan yang sedang mengejar
kita untuk menyelamatkan anak-Nya yang akan binasa. Dan mobil motor yang lalu
lalang itu adalah kepahitan hidup, masalah dan iblis yang terus menerus
mengintai manusia, dan di ujung jalan itu adalah keinginan yang menghancurkan.
Sebenarnya
kita terjebak oleh diri kita sendiri.
Mengapa
mesti menangis? Begitu rapuhkah engkau manusia setelah tak mampu mengapai
keinginanmu. Tangan Tuhan terlalu kuat bagiku. Atau mungkin kau tak pernah kuat
untuk berdiri.
Kesalahan
sudah dibuat, apa lacur, jangan mau berhenti jika sudah sampai di tengah jalan.
Lari terus sampai tujuan atau mereka yang akan menghentikan langkahmu sebelum
sampai tujuanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar