DAVE
Dave ingin pergi mengunjungi mantan pacarnya yang sedang sakit.
Tapi ia tak punya keberanian untuk menghampiri rumah sang
mantan.
“aku malu kalau harus bertemu dengannya, akan setiap hal yang
kulakukan yang selalu membuatnya terluka” hati kecil dave berbicara.
‘tapi, aku harus menemuinya. Minta maaf. Mungkin ia akan
memaafkanku, lagipula ia sedang sakit, ini adalah momen yang bagus.” Hati kecil
dave yang lain sedang berbisik.
“jangan, tidakkah merasa malu. Dimana rasa malumu.”
Dan Dave pun merasa terguncang akan keputusannya apakah ia harus
pergi atau tidak.
Hati kecilnya berkata untuk tidak pergi. Tapi dilain pihak ada
suara berbisik untuk pergi. Serasa sedang perang dalam hati yang sedang
berkecamuk antara pergi atau tidak.
Dan Dave pun memilih untuk tidak pergi. Karena takut dan
ketidakmampuan dirinya menghadapi masalah akan suara hatinya.
Mantan pacarnya pun meninggal karena sakit yang ia derita.
. . .
“ Ahhh. Sungguh sayang sekali. Kau tak sempat bertemu dengannya.
Mungkin saja lebih baik kalau kau bertemu dengannya sekali.
Tapi tak apa-apalah. Lagipula manusia hidup memang harus ada
perpisahan. Kita tak pernah tahu kapan waktu akan menghentikan nafas kita.
Sudah, jangan disesali. Tak ada gunanya untuk menyesal Dave.”
. . .
“Lihat Dave. Tidakkah engkau berhutang kepada ia. Mengapa
ketakutan menguasaimu begitu dalam dave.
Apa kau masih berpikir ‘tak apa-apa’. Coba seandainya kamu pergi
menjenguknya selama ia sakit dan minta maaf atas segala hal yang membuat ia
terluka.
Bukankah engkau masih punya hutang dave.
Dan sekarang ia telah mati. Hutangmu belum terbayarkan.”
. . .
. . .
. . .
Setan manakah yang berbisik padaku. Seakan-akan menawarkan dua
jalan yang berbeda.
Seakan-akan jalan mereka adalah yang terbaik untukku.
Kalian membuatku seakan-akan tak percaya pada diriku sendiri.
Bukan ia yang mati. Tapi akulah yang mati. Aku mati didalam
diriku sendiri.
Dan kalianlah
penyebabnya.
Aku sedih, kecewa, cemas, takut, kesepian, bingung. Tapi kalian
tak tahu apa yang kurasakan. Maukah kalian berbagi padaku. Berbagi pada
kesedihanku, kekecewaanku, kecemasanku, ketakutanku, kesepianku dan
kebingunganku.
Jikalau kalian mau berbagi. Aku akan sangat senang sekali.
Kalian akan meringankan bebanku.
. . .
“tidak jangan aku.”
. . .
“Aku tidak sudi berbagi padamu akan semuanya, bukankah kamu
lebih suka berbagi pada dia, temanmu itu. Teman yang jalan keluarnya kamu
pilih.”
. . .
. . .
. . .
“aku benci kalian semua.”
. . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar