Rabu, 08 Mei 2013

DAVE


DAVE
Dave ingin pergi mengunjungi mantan pacarnya yang sedang sakit.
Tapi ia tak punya keberanian untuk menghampiri rumah sang mantan.
“aku malu kalau harus bertemu dengannya, akan setiap hal yang kulakukan yang selalu membuatnya terluka” hati kecil dave berbicara.
‘tapi, aku harus menemuinya. Minta maaf. Mungkin ia akan memaafkanku, lagipula ia sedang sakit, ini adalah momen yang bagus.” Hati kecil dave yang lain sedang berbisik.
“jangan, tidakkah merasa malu. Dimana rasa malumu.”
Dan Dave pun merasa terguncang akan keputusannya apakah ia harus pergi atau tidak.
Hati kecilnya berkata untuk tidak pergi. Tapi dilain pihak ada suara berbisik untuk pergi. Serasa sedang perang dalam hati yang sedang berkecamuk antara pergi  atau tidak.
Dan Dave pun memilih untuk tidak pergi. Karena takut dan ketidakmampuan dirinya menghadapi masalah akan suara hatinya.
Mantan pacarnya pun meninggal karena sakit yang ia derita.
. . .
“ Ahhh. Sungguh sayang sekali. Kau tak sempat bertemu dengannya. Mungkin saja lebih baik kalau kau bertemu dengannya sekali.
Tapi tak apa-apalah. Lagipula manusia hidup memang harus ada perpisahan. Kita tak pernah tahu kapan waktu akan menghentikan nafas kita.
Sudah, jangan disesali. Tak ada gunanya untuk menyesal Dave.”
. . .
“Lihat Dave. Tidakkah engkau berhutang kepada ia. Mengapa ketakutan menguasaimu begitu dalam dave.
Apa kau masih berpikir ‘tak apa-apa’. Coba seandainya kamu pergi menjenguknya selama ia sakit dan minta maaf atas segala hal yang membuat ia terluka.
Bukankah engkau masih punya hutang dave.
Dan sekarang ia telah mati. Hutangmu belum terbayarkan.”
. . .
. . .
. . .
Setan manakah yang berbisik padaku. Seakan-akan menawarkan dua jalan yang berbeda.
Seakan-akan jalan mereka adalah yang terbaik untukku.
Kalian membuatku seakan-akan tak percaya pada diriku sendiri.
Bukan ia yang mati. Tapi akulah yang mati. Aku mati didalam diriku sendiri.
Dan  kalianlah penyebabnya.
Aku sedih, kecewa, cemas, takut, kesepian, bingung. Tapi kalian tak tahu apa yang kurasakan. Maukah kalian berbagi padaku. Berbagi pada kesedihanku, kekecewaanku, kecemasanku, ketakutanku, kesepianku dan kebingunganku.
Jikalau kalian mau berbagi. Aku akan sangat senang sekali. Kalian akan meringankan bebanku.
. . .
“tidak jangan aku.”
. . .
“Aku tidak sudi berbagi padamu akan semuanya, bukankah kamu lebih suka berbagi pada dia, temanmu itu. Teman yang jalan keluarnya kamu pilih.”
. . .
. . .
. . .
“aku benci kalian semua.”
. . .

Tidak ada komentar:

Ketika Minum Kopi Pagi Hari

Akhirnya kamu meminum kopi terakhir di hari itu Kopi hitam tanpa gula dengan pisang goreng yang manis Duduk sendiri disudut kedai itu mengha...