Kamis, 01 September 2016

KETIKA RAKYAT DIBERI MAKAN JANJI KAMPANYE

    Menjelang Pilkada 2017, sudah banyak bertebaran baliho-baliho bakal calon Gubernur-Wakil Gubernur di hampir setiap sudut jalan dan persimpangan yang padat kendaraan. Tak terkecuali di daerah saya sendiri sering saya jumpai baliho-baliho besar baik calon yang sudah dikenal atau mereka (belum dikenal) yang tiba-tiba ingin mengambil kesempatan untuk digandengkan dengan calon yang lebih dulu dikenal.
    Gubernur petahana daerah saya sendiri yang baru satu periode menjabat (mengantikan gubernur lama) dipastikan akan maju pada Pilkada 2017 dan sudah diperkirakan akan menghadapi wakil gubernur saat ini juga berniat akan maju pada 2017 ini. Bagi saya ini merupakan suatu tantangan bagi calon lain untuk maju menghadapi petahana gubernur dan wakil gubernur yang memiliki sumber daya yang besar sebelum masa kampanye. Bagaimana tidak, sebelum kampanye sudah bertebaran baliho mengucapkan selamat hari raya natal, imlek, idul fitri dan HUT RI ke 71. Dan baliho tersebut hanya memuat satu calon petahana beserta istrinya saja (tidak disertakan wakilnya), dan memang benar bahwa petahana lebih memiliki sumber daya berlimpah dalam menghadapi Pilkada. Walau keputusan akhir tetap ditangan rakyat.
    Dan tentu saya juga mengerti bagaimana Pak Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta tidak mau mengambil cuti kampanye akan menimbulkan kekuatiran bagi calon-calon lainnya jika Pak Ahok mengunakan sumber daya yang dimiliki untuk curang dalam kampanye nanti. Tentu saja akan membuat keblingler calon lainnya dalam menghadapi Pak Ahok.
    Kembali dalam judul diatas bahwa dalam masa kampanye kita akan disuguhkan dengan makanan berupa “Janji-Janji Manis Kampanye”, dan ini berbeda dengan Martabak Manis khas Bangka, tentu tidak kalah manis dengan martabak manis khas Bangka. Dan setiap hari kita akan dipaksa untuk membaca setiap janji-janji kampanye (hal ini seolah terasa seperti calon tersebut mengambil makanan dan memasukkannya kedalam kerongkongan).
     Saat memasuki masa-masa pilkada 2017 akan muncul baliho-baliho “hantu”, mengapa? karena baliho-baliho tersebut hanya akan kembali ditahun 2022 mendatang. Jadi sudah seperti penjual durian musiman. Biasanya setiap baliho akan menampilkan nama, wajah, gelar dalam pendidikan, kata-kata kiasan, dan pemaksaan dalam pemberian gelar dalam masyarakat, contoh “Bapak Pembangunan”.
    Dan apalagi saat memasuki masa kampanye kita akan melihat bendera-bendera bergambar binatang, simbol-simbol, warna-warni baik merah, kuning, orange, hijau dan biru bertebaran di median jalan ibukota. Jalanan dipenuhi kader-kader konvoi keliling, atau berkumpul dilapangan sambil berteriak-teriak membela calonnya. Dan sampah-sampah sisa-sisa kampanye dibersihkan kembali oleh petugas kebersihan. Dan calon-calon akan mendadak rohani dengan juga memasang baliho ditempat-tempat ibadah.
    Setiap janji kampanye tentu harus ada realisasinya selama lima tahun jabatan, apakah janji lama bisa ditepati sebelum membuat janji baru? Atau calon lainnya yang akan mencalonkan sudah memiliki visi dan misi jika ia terpilih, atau hanya seperti sebelum-sebelumnya? Kita berharap yang akan terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur bukanlah pemenang, tapi pelayan rakyat. Pemenang akan memperlakukan dirinya sendiri sebagai raja, tapi pelayan akan memperlakukan dirinya sebagai hamba.


Raja memberi makan rakyat dengan janji-janji, tapi pelayan akan menyediakan makan bagi rajanya. 

Tidak ada komentar:

Ketika Minum Kopi Pagi Hari

Akhirnya kamu meminum kopi terakhir di hari itu Kopi hitam tanpa gula dengan pisang goreng yang manis Duduk sendiri disudut kedai itu mengha...