Selasa, 10 September 2013

PENILAIAN SAYA

PENILAIAN “SAYA”

Saat sedang membuat tulisan ini, saya sedang mendengarkan alunan musik dari sebuah café, lagu yang sangat luar biasa. Saya tidak mengetahui lagu ini siapa menyanyikannya dan dari mana asal lagu ini. dan saya juga tidak mengetahui akan membawa kemana tulisan saya ini akhirnya, mungkin juga dengan hidup, kita tak akan pernah tahu Tuhan akan membawa kita kemana akhirnya dalam menjalani hidup ini.
Beberapa waktu ini saya membaca buku yang sedikit rohani, buku yang mengulas tentang jaman postmodern dan ancaman-ancaman yang akan terjadi kedepannya. Buku yang baik. Tapi saya sedikit menerka-nerka tentang keadaan jaman kedepannya dikemudian hari, mungkin dunia akan semakin baik menurut ukuran manusia, tetapi tidak untuk Tuhan.
Saya bukan pakar agama atau rohaniawan yang bisa memberikan ceramah atau doktrin-doktrin yang sesuai dengan kitab suci. Tidak. Saya bukan itu.
Sebagai apakah saya, itu terserah Anda menilai saya. tapi sejujurnya saya kurang menyukai penilaian yang Anda berikan kepada saya.
Tentang sebuah penilaian, saya terinngat kepada beberapa kisah yang cukup membuat saya kagum. Yaitu tentang sebuah cerpen dari seorang yang bernama Djenar Maesya Ayu. Terus terang saya suka cerpennya, saya tidak memandang negatif tentang isi cerpennya, karena saya tahu  cerpen dari Djenar Maesya Ayu  adalah salah satu cerpen terbaik di Indonesia.
Cerpen berjudul “Saya Di Mata Sebagian Orang” akan menjadi tema dalam tulisan saya ini.
Mungkin kita pernah mengalami penilaian dari orang sekitar kita. Tentu itu adalah negative dan positif penilaian tersebut. Tapi saya ingin bercerita disini tentang cerpen tersebut, karena cerpen tersebut memiliki penilaian yang berbeda.
“Sebagian orang menganggap saya munafik. Sebagian lagi menganggap saya pembual.  Sebagian lagi menganggap saya sok gagah. Sebagian lagi menganggap saya sakit jiwa. Sebagian lagi menganggap saya murahan.” Ini berbicara tentang “SAYA” dalam cerpen tersebut, ia memandang orang lain sering memandangnya secara negatif. “SAYA” adalah orang yang terhakimi dalam lingkungan “SAYA”.
Kemudian “SAYA” bercerita selanjutnya: “Padahal saya tidak pernah merasa munafik. Tidak pernah merasa membual. Tidak pernah merasa sok gagah. Tidak pernah merasa sakit jiwa. Tidak pernah merasa murahan.”
Dan “SAYA” adalah orang yang berusaha menjelaskan posisi saya dimata sebagian orang kalau saya tidak seperti mereka pikirkan. Saya adalah seperti yang saya pikirkan, bukan yang mereka pikirkan. “SAYA” adalah orang yang membela diri terhadap lingkungan saya.
Dan kita mengalami apa yang “SAYA” alami. Begitu juga dengan saya mengalami apa yang dialami oleh “SAYA” tersebut. Mungkin tidak sekeras itu. Tapi saya mengalaminya. Juga dengan Anda, bukankah begitu.
“SAYA” adalah orang yang punya banyak teman disini. Dimana? Ya disini, didunia saya yang mungkin orang lain menilai “SAYA” seperti yang diatas tadi. “SAYA” adalah orang yang tidak mempunyai kemampuan untuk mencintai (atau memang “SAYA”  tidak mau mempunyai kemampuan untuk mencintai), tapi bukan berarti “SAYA” tidak mempunyai teman. “SAY” punya banyak teman. Dan teman “SAYA” diceritakan adalah teman-teman yang baik. Seperti menyiapkan air hangat untuk mandi, menjemput setelah pulang kantor, menemani nonton, menemani dubbing dan mereka teman-teman yang baik.
Yang selalu menyediakan bantuan dalam hal finance maupun hal-hal lain. “SAYA” butuh mobil tinggal dipesan, atau mau ganti mobil tinggal bilang pada teman saya. juga untuk pergi ke pesta “SAYA” butuh gaun dan perhiasan tinggal diutarakan, maka itu semua bisa sediakan oleh teman saya yang lain. Tapi “SAYA” tidak pernah memaksa. Ingat, “SAYA” tidak pernah memaksa.
Tapi “SAYA” juga mengeluarkan tenaga dan waktunya untuk teman-temannya, seperti makan malam, bercanda, sentuhan, ciuman panas diatas ranjang hingga berlanjut ke acara selanjutnya, “SAYA” sering melakukannya diberbagai tempat. “SAY” sebenarnya sering merasa terganggu, tapi untuk teman-teman tidak apa-apa. “SAYA” akan berkorban sedikit karena teman-temannya juga berkorban banyak.
Lihat, kurang baik apa “SAYA” terhadap teman-teman saya. “Semua yang saya lakukan dianggap tidak benar. Sebagian menganggap saya munafik. Sebagian lagi menganggap saya pembual. Sebagian lagi menganggap saya sok gagah. Sebagian lagi menganggap saya sakit jiwa. Dan sebagian lagi menganggap saya murahan.” Tulisnya.
Teman-teman “SAYA” sering merasa terganggu terhadap perhiasaan yang baru saya kenakan berikut tas baru pemberian teman “SAYA”. oleh teman lainnya lagi “SAYA” dijadikan bahan olok-olok baik di sms maupun di e-mail.
Syahdan, sejak “SAYA” dinyatakan terkena HIV, banyak teman-teman “SAYA” yang dulunya baik sekarang mulai menjauhi “SAYA”. “SAYA” dianggap sebagai anjing kustaa. Dan itulah “SAYA”, masih saja tetap dianggap munafik, pembual, sok gagah, sakit jiwa dan murahan oleh sebagian orang,
*Ini bukan saya. Tapi “SAYA” yang berasal ditempat berbeda yang mungkin saja ada (tapi saya  yakini ada).

Tidak ada komentar:

Ketika Minum Kopi Pagi Hari

Akhirnya kamu meminum kopi terakhir di hari itu Kopi hitam tanpa gula dengan pisang goreng yang manis Duduk sendiri disudut kedai itu mengha...