Minggu, 28 April 2013

TERENDAH


Terendah

Ada kalanya di  suatu  waktu seorang manusia mengalami  titik dimana dirinya merasa tak dibutuhkan dalam suatu masyarakat. Perasaan  itu muncul ketika mengalami kekecewaan dalam komunitas.
Terkadang pula ada kondisi dimana seorang manusia mengalami titik terendah dalam hidupnya.  Titik terendah itu bisa berupa ketakutan yang besar. Kekuatiran. Kejenuhan hingga rasa penyesalan yang mendalam.
Justru disaat seseorang membutuhkan suatu pertolongan dalam kondisi-kondisi diatas, pertolongan itu belum datang.
“Ada kalanya Tuhan itu diam saat kita membutuhkan pertolongan”.
Tetapi ternyata manusia adalah sesosok yang terkadang memberikan pertolongan diwaktu yang tak tepat. Saat tak menginginkan bantuannya. Mereka datang dalam memberikan pertolongan yang justru seperti cambuk berduri.
Merasa dirinya benar dalam memberikan  bantuan, sampai memaksa  orang tersebut untuk setuju dengan dia.
Tapi apa yang dibutuhkan oleh manusia yang berada dalam titik terendah itu terkadang bukanlah manusia lainnya. Bukan manusia yang memberikan cambuk berduri kepada kita.
Kita membutuhkan waktu.
Waktu untuk tersadar akan suatu mimpi buruk ini, yang seakan-akan belum bangun dari kenyataan.
Waktu itu terkadang memang tak mau menunggu kita untuk bangun dari mimpi buruk ini. Dia kejam, meninggalkan yang terlambat. Dan tak memberi ampun bagi yang kehilangannya. Ia lebih kejam dari ibu tiri.
Kita mengaharapkan waktu itu bisa memberikan kelonggaran.
Berharap waktu itu bisa terulang.
Heiii… Apa engkau masih tertidur.

Mungkin bagi yang pernah merasakan dalam titik terendah dalam hidup ini.
Tempat yang sangat dinantikan. Tempat dimana engkau tak akan mendapatkan dirimu tersayat. Tempat dimana engkau bisa tenang. Tanpa memikirkan dunia.
Di bawah nisan kah.

Engkau marah, engkau sedih, engkau berkata “Mengapa aku harus ada didunia ini. Apakah untuk mengalami  kepahitan ini?”
Cambuk berduri kurasakan seperti menghantam tubuh. Menghantam tanpa ampun. Seperti luka yang mendalam.
Tapi adakah yang peduli  akan semua ini.
Manusia lainnya hanya memberikan cambukan lagi. Hanya menberikan siraman air garam.

Dan Tuhan memang terkadang diam. Tapi Ia tak akan diam terus.
Ia memperhatikan.
Memperhatikan kebodohan dan kelemahanku.


Tidak ada komentar:

Ketika Minum Kopi Pagi Hari

Akhirnya kamu meminum kopi terakhir di hari itu Kopi hitam tanpa gula dengan pisang goreng yang manis Duduk sendiri disudut kedai itu mengha...