Ditaman itu, peluh-Nya
menjadi titik-titik darah, ia mengalami hematidrosis.
Ia sudah mengetahui
kapan dan bagaimana hidup-Nya akan berakhir, Ia ingin cawannya itu berlalu
untuk diri-Nya. Ia mengalami stress dan ketakutan layaknya manusia biasa. Yesus menampilkan sisi kemanusiaannya.
Selain sebagai Allah dan juga sebagai manusia.
Dalam doa-Nya yang
penuh dengan kesungguh-sungguhan disampinng murid-murid-Nya yang ketiduran.
Ngeri sangat terasa dalam taman yang gelap itu. Sepi.
Ketika para tentara
datang, Ia tetap berdiri dengan teguh siap untuk menyambut maut. Ciuman dari
Yudas Iskariot mengawalinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar