Rabu, 03 Juli 2013

BBM DAN PANGGUNG POLITIK


BBM DAN PANGGUNG POLITIK

Menikmati suatu lakon yang dipentaskan itu menarik. Ketika ada beberapa orang yang memainkan sandiwara mereka masing-masing, menjadi suatu tontonan yang menghibur. Yang terkadang akan mengusik pikiran dan jiwa mereka, kesabaran dan rasa penasaran bisa dimunculkan dalam menikmati lakon itu.

Tapi ada lakon yang membuatku merasa muak dan jijik ketika melihat beberapa pelaku pementasan drama ini yang berlagak seperti seorang pahlawan dan kumpulan para penjilat atau tepatnya kumpulan para serigala. 

Drama itu sendiri dipentaskankan oleh beberapa tokoh politik dan antek-anteknya di kursi dewan. Memainkan drama yang meminta empati dan bernyanyi di televisi dan Koran-koran seakan-akan mereka adalah pahlawan abad ini.

Drama itu berjudul “BBM”.

Kegelisahan pemerintah awal-awal bulan Mei-Juni adalah antara menaikkan atau mempertahankan harga BBM subsidi. Ya kalau mau naik ya naik. Atau kalau mau dipertahankan ya dipertahankan. Ngak usah berlagak mau ‘galau-galau’.

Katanya dengan menaikkan harga BBM menjadi Rp. 6.500,- perliter akan membuat pemerintah berhemat anggaran beberapa triliun dan akan mengurangi alokasi belanja subsidi. 

Tetapi target untuk penerimaan pajak justru turun. Aneh. Memangnya orang Indonesia tambah susah sehingga tak mampu bayar pajak.

APBN-P 2013 syarat dengan muatan politis menjelang pemilu. Bukannya saya mau berburuk sangka dulu. Tapi inilah fakta yang terjadi. Dan ini juga dimanfaatkan oleh partai-partai lain yang mengkhianati koalisi. Di depan presiden setuju, tapi dibelakang seperti nikam saja.

Bukankah ini lakon yang menjijikkan dan tak patut dipertontonkan dalam bangsa ini. 

Hindari  anak-anak Anda untuk menonton lakon ini.  Penuh intrik, tipu muslihat, para pengkhianat berkumpul dan saling menikam satu sama lainnya, kumpulan para penjilat juga ada, para pengila wanita (lebih jelasnya merendahkan martabat wanita dengan uang), haus kekuasaan, dll.

Tidak ada komentar:

Ketika Minum Kopi Pagi Hari

Akhirnya kamu meminum kopi terakhir di hari itu Kopi hitam tanpa gula dengan pisang goreng yang manis Duduk sendiri disudut kedai itu mengha...