BBM DAN
PANGGUNG POLITIK
Menikmati suatu lakon yang
dipentaskan itu menarik. Ketika ada beberapa orang yang memainkan sandiwara
mereka masing-masing, menjadi suatu tontonan yang menghibur. Yang terkadang
akan mengusik pikiran dan jiwa mereka, kesabaran dan rasa penasaran bisa
dimunculkan dalam menikmati lakon itu.
Tapi ada lakon yang membuatku
merasa muak dan jijik ketika melihat beberapa pelaku pementasan drama ini yang
berlagak seperti seorang pahlawan dan kumpulan para penjilat atau tepatnya
kumpulan para serigala.
Drama itu sendiri dipentaskankan
oleh beberapa tokoh politik dan antek-anteknya di kursi dewan. Memainkan drama
yang meminta empati dan bernyanyi di televisi dan Koran-koran seakan-akan
mereka adalah pahlawan abad ini.
Drama itu berjudul “BBM”.
Kegelisahan pemerintah awal-awal
bulan Mei-Juni adalah antara menaikkan atau mempertahankan harga BBM subsidi.
Ya kalau mau naik ya naik. Atau kalau mau dipertahankan ya dipertahankan. Ngak
usah berlagak mau ‘galau-galau’.
Katanya dengan menaikkan harga BBM
menjadi Rp. 6.500,- perliter akan membuat pemerintah berhemat anggaran beberapa
triliun dan akan mengurangi alokasi belanja subsidi.
Tetapi target untuk penerimaan
pajak justru turun. Aneh. Memangnya orang Indonesia tambah susah sehingga tak
mampu bayar pajak.
APBN-P 2013 syarat dengan muatan
politis menjelang pemilu. Bukannya saya mau berburuk sangka dulu. Tapi inilah
fakta yang terjadi. Dan ini juga dimanfaatkan oleh partai-partai lain yang
mengkhianati koalisi. Di depan presiden setuju, tapi dibelakang seperti nikam
saja.
Bukankah ini lakon yang menjijikkan
dan tak patut dipertontonkan dalam bangsa ini.
Hindari anak-anak Anda untuk menonton lakon ini. Penuh intrik, tipu muslihat, para pengkhianat
berkumpul dan saling menikam satu sama lainnya, kumpulan para penjilat juga
ada, para pengila wanita (lebih jelasnya merendahkan martabat wanita dengan
uang), haus kekuasaan, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar