MEDIA
Berita-berita belakangan ini sangat menjemukan sekali, berkisar
antara wanita dan uang panas dari kasus sapi. Si kakek mempunyai istri yang
banyak saja dipersoalkan, berita hampir tiap hari menghiasi televise dan Koran.
Ada-ada saja kakek saat ini. Tapi tak perlu dipersoalkan sampai ribut-ribut
bawa nama Tuhan segala.
Dan lebih parah lagi seorang pengusaha yang terjerat kasus sapi.
Ini bukan sapi sembarangan, ini sapi ajaib yang membawa nama baik dari partai
yang ‘katanya’ bersih. Jika sapinya mampu dibedah habis-habisan, maka tak
mungkin semua akan terjerat oleh sapi ini.
Bukan hanya sapi saja, bahkan sapinya sudah merambah para artis
dan wanita-wanita yang bisa dipakai. Bahkan wanita-wanita ini sudah menikmati
hasil dari sapi, seperti mobil, dollar, tas mewah. Sapi yang membawa petaka.
Sempat ada obrolan ringan dalam acara makan-makan bersama dengan
teman-teman saya. Teman itu berkata, “Ini semua mungkin tak lain adalah
pengalihan isu, untuk menyelamatkan si “anak sakti”.”
Betul juga, apa kabarnya si anak sakti itu?
Kapan ia akan terjerat juga? Tapi bukan terjerat oleh sapi. Tapi
oleh Hambalang ini. kabarnya ia tak masuk
hot news lagi. Mungkin si ‘bapak sakti’ nya lagi berusaha menutupi
kasusnya dengan pengalihan isu ini.
Saya bahkan lupa dengan kasus AU ini setelah media yang suka
sekali terhadap narkobanya si artis, masalah kakek berisitri banyak, kasus
sapi. Tapi media seakan-akan lupa si ‘anak sakti’ ini.
Saya rasa media bisa memberikan tekanan bagi public untuk terus
fokus pada kasus ‘anak sakti’. Media televisi semakin kelihatan menjijikkan.
Mengejar gossip demi untung, bukan mengejar kebenaran demi untung.
Ya mungkin saja suasana orde baru masih kerasa, takut ditutup
oleh penguasa, entar dipersulit oleh penguasa. Media ini seperti anjing-anjing
juga yang suka menjilat. Bahkan media juga seperti menyimpan pisau
dipunggungnya.
Pemiliknya juga bahkan suka menyajikan berita tak imbang.
Misalnya media R adalah partai H, maka media R akan lebih sering nampilin iklan
partai H (dikasih diskon pasang iklan). Atau sebaliknya, media MT dengan partai
ND. Dll, tahu sendirilah siapa aja oknumnya.
Bahkan lebih parahnya lagi, seorang wartawan menuliskan judul
berita seperti ini, “Utang Indonesia jadi 200 Trilliun lebih” . ini pembodohan
dalam berita, seakan-akan memberikan mindset kepada pembaca, kalau utang Cuma
200 Trilliun lebih, padahal faktanya utang Indonesia yang nambah 200 T lebih,
sedangkan posisi utang indonesia berada sekitaran 2000 Trilliun lebih, dan
utang ini terus bertambah semasa pemerintahan bapak kita yang tercinta (karena
fotonya ada dikelas-kelas dan badan pemerintahan) pak SBY.
Dengan utang sebanyak ini akan terus diwariskan kepada anak cucu
cicit kita. Katanya pertumbuhan ekonomi Indonesia salah satu yang tertinggi di
dunia, kenapa utangnya terus bertambah ini pak?
Bahkan neraca perdagangan sudah defisit loh. Tapi tetep media
menyampaikan kalau pertumbuhan ekonomi negara tercinta kita itu tertinggi.
Inilah pembodohan masyarakat paling parah. Menutupi dosa dan
kesalahan penguasa yang tak becus mengurusi negeri (tapi kalau suruh saya juga
belum tentu mampu). Media menyampaikan berita-berita dan info-info yang
bagus-bagus saja.
Seperti memberi mimpi kepada anak kelinci yang sedang diintai
oleh ular.
Entah sampai kapan kemunafikan ini akan usai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar