Senin, 05 Agustus 2013

EKALAWYA

Ada beberapa hal yang membuat saya tertarik untuk menuliskan sesuatu tentang Ekalawya.

Yang pertama adalah bahwa kisah Ekalawya dalam Bharatayuddha hanya sedikit disinggung dan mendapat porsi yang kelihatannya kecil sekali.

Yang kedua adalah terjadi ketidakadilan dalam kisah Ekalawya, seharusnya ia mendapatkan keadilan dalam hidup. Tapi ia tak mendapatkan keadilan itu tapi justru ketidakadilan yang ia peroleh.

Dan yang ketiga adalah inspirasi dari cerpen Lan Fang dalam buku berjudul Sonata Musim Kelima, kumpulan cerpen.

Durna (guru dari Pandawa dan Kurawa) bertindak sangat tidak adil terhadap Ekalawya yang memohon untuk menjadi muridnya karena ia (Ekalawya) berasal dari kasta terendah bukan dari kasta tertinggi. Diskriminasi sangat terlihat disini dimana sang guru tidak patut melakukan itu, Durna sangat menyayangi Arjuna dibandingakan dengan murid-murid lainnya.

Tapi karena tekad dan kegigihan Ekalawya yang tetap berlatih walau hanya berguru pada patung Durna yang ia buat. Berkat kegigihan sang murid, ia berhasil menjadi seorang pemanah tangguh dan ulung stara dengan Arjuna hanya dengan berguru pada patung Durna.

Sautu hari Ekalawya memanah anjing yang mengong-gong, dan anak panahnya tepat mengenai mulut anjing itu. Anjing itu ditemukan oleh para Pandawa yang bertanya-tanya siapa gerangan yang memanah anjing tersebut hingga tepat. Kemudian Ekalawya memperkenalkan dirinya sebagai pemanah anjing tersebut dan mengaku seabgai murid sang guru Durna.

Kaget dan heran bercampur amarah menghampiri sang guru Durna. Tidak terima karena penggakuan Ekalawya sebagai murid, padahal sudah ditolak. Arjuna sendiri muncul rasa iri hati dan cemburu bahwa sang guru hanya mengakui Arjuna sebagain murid terhebat dalam memanah ternyata dapat disainggi oleh Ekalawya.

Ternyata Durna mengambil kesempatan oleh kejadian itu, ia meminta Ekalawya melakukan Dakshina (permintaan guru kepada muridnya yang telah menyelesaikan masa bakti). Durna meminta ibu jari Ekalawya. Tanpa ragu Ekalawya memotong jarinya dan memberikan kepada sang guru (konon dikisahkan Durna memberikan ibu jari Ekalawya kepada Arjuna, sehingga Arjuna memiliki dua ibu jari ditangan kanannya).

Itukah keadilan yang sesungguhnya bagi Ekalawya sendiri, kita sering menemui keadilan seperti yang Ekalawya alami.

Keadilan yang tak berbicara banyak dalam kisahnya.
Ada beberapa hal dan sebab yang membuat saya merasa tak simpati pada pandawa.
Justru Ekalawya yang harusnya mendapat keadilan.



Tidak ada komentar:

Ketika Minum Kopi Pagi Hari

Akhirnya kamu meminum kopi terakhir di hari itu Kopi hitam tanpa gula dengan pisang goreng yang manis Duduk sendiri disudut kedai itu mengha...